Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

SENJA KELABU DI BULAN MARET

Senja Kelabu di Bulan Maret Oleh: M. Irfan Luthfi Kereta penumpang terakhir malam itu baru saja berangkat. Sesaat sebelum rangkaian kereta itu benar – benar hilang ditelan gelapnya malam, Aku masih sempat melihat lambaian sapu tangan putih yang Ia lambaikan melalui jendela kereta. Aku hanya berdiri saja dan terus melihat lambaian sapu tangan itu tanpa memberikan reaksi sedikitpun. Masih agak berat juga dengan kepergiannya, namun itulah yang harus terjadi dan mungkin memang harus terjadi. Baru beberapa saat kemudian, gerbong terakhir dari kereta itu mulai menghilang ditelan kegelapan malam. Saat itulah, Aku benar – benar sudah tidak melihat lambaian sapu tangannya. Dengan perlahan, Aku berjalan meninggalkan peron di mana Aku menerima salam perpisahan terakhir darinya. Aku menyebutnya sebagai salam terakhir, karena Aku sendiri tidak tahu kapan dia akan kembali.

MIMPI YANG ABADI

MIMPI YANG ABADI Oleh: M. Irfan Luthfi             Namaku Amir. Aku adalah anak jalanan yang hidup di bawah kolong jembatan kereta di sebuah kota besar yang cukup terkenal. Hidupku sepertinnya memang seperti ini. Tidak ada hal yang berubah dan dari kecil hanya menjadi anak jalanan yang terus saja bekerja di bawah terik sinar mentari dan di tengah perempatan jalan yang tak pernah sepi. Seandainya saja Aku mengetahui benar kisah hidupku, bagaimana Aku bisa menjadi seorang anak jalanan seperti ini, pasti Aku kan mencoba sebuah usaha kecil untuk mengubah hidupku ini.

PENERBANGAN TERAKHIR

PENERBANGAN TERAKHIR Oleh: M. Irfan Luthfi                         Pagi hari, mentari pagi masih belum juga menampakkan raut mukanya. Namun aktifitas di satu landasan pacu pesawat terbang di Jogja sudah menampakkan keriuhannya. Beberapa orang berjaket coklat tampak mengeluarkan sebuah pesawat terbang – kecil – namun lengkap dengan senjata tempurnya. Sementara beberapa orang berjaket coklat lainnya tampak menyiapkan sebuah pesawat penumpang di ujung landasan. Sebuah DC-47 tampak dipersiapkan untuk terbang jauh pada hari itu. Keriuhan semakin tampak menghebat setelah kedua mesin DC-47 tersebut dinyalakan. Suara deru mesin turbo-prop itu benar – benar memecah keheningan pagi di Jogja. Namun tampaknya, bagi orang – orang berjaket coklat itu, suara deru pemecah keheningan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Karena tampak sekali mereka tidak terganggu sedikit pun dengan suara pemecah keheningan itu. Beberapa saat setelah kedua mesin dinyalakan, DC-47 itu pun