Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

LANGIT GELAP (I)

LANGIT GELAP Oleh: M. Irfan Luthfi             Langit gelap, mendung. Angin kencang berhembus. Pohon – pohon besar berayun. Dahan – dahan jatuh. Semua menjadi seperti tak terkendali. Di sore itu. Amir dan kawan kawannya masih saja tetap bermain bola tanpa memperhatikan keadaan cuaca yang semakin memburuk dan tidak tentu. Mereka terus saja berlari, menggiring bola, berteriak teriak, dan tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka ketika bermain di lapangan luas di saat cuaca yang tidak bersahabat. Burung – burung yang sebelumnya tenang pun ikut panik setelah pohon tempat mereka hinggap bergoyang cukup hebatnya ditiup oleh angin yang cukup besar dan cukup hebat. Suasana di sore itu bak akan terjadi hujan badai yang hebat, namun terlalu menipu untuk menjadi sebuah hujan badai.

BURUNG MERPATI DAN SEORANG PEMBURU

BURUNG MERPATI DAN SEORANG PEMBURU Oleh: M. Irfan Luthfi             Kisah ini bermula di mana pada zaman dahulu, burung merpati masih dianggap sebagai hewan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Burung Merpati menjadi sangat penting karena burung ini dapat mengantarkan pesan yang ditulis oleh manusia hingga bermil – mil jauhnya. Apapun bentuk pesannya, Merpati akan terus mengantarkannya hingga ke tempat tujuan yang diinginkan oleh si pengirim pesan. Oleh karena itu, pada zaman itu, perburuan terhadap burung Merpati sangatlah dilarang.

HANIFAH (II)

HANIFAH (II) Oleh: M. Irfan Luthfi             Setelah Hanifah dan kekasihnya bertemu di stasiun. –kala itu. Kini, kekasihnya mendapatkaan sebuah pekerjaan baru dari atasannya untuk mengawal berita penerbangan kemerdekaan dari Jakarta ke Yogyakarta. Menurut kabar yang ia terima, penerbangan itu adalah penerbangan yang paling berbahaya yang pernah dilakukan, karena dilakukan ketika Belanda masih menguasai udara Indonesia. Namun, penerbangan itu harus dilakukan, karena mengingat tentara – tentara kemerdekaan RI yang mulai membutuhkan stok bantuan logistik dan obat – obatan dari pusat. Dan kala itu, Hanifah dan kekasihnya yang baru saja menikah merasa berat menerima surat dari atasannya itu. Terhitung belum ada satu minggu sejak pernikahan mereka yang sederhana di sebuah desa kecil di Yogyakarta. Surat itu sebenarnya sudah dikirimkan dari pusat sejak tiga hari yang lalu, namun baru tiba di hadapan mereka berdua hari ini. Surat itupun baru tiba setelah melalui perjalanan yang

PIALA BERGILIR

PIALA BERGILIR Oleh: M. Irfan Luthfi             Kisah ini bermula di mana di suatu perbincangan kami membicarakan hal – hal yang krusial sedang terjadi di kelas kami. Setelah melakukan sedikit peregangan badan di mana kami menyebutnya sebagai “futsal”, sembari duduk beristirahat, kami membicarakan masalah – masalah yang sedang terjadi di kelas. Salah satu topik yang kami bicarakan adalah masalah “Piala Bergilir”. Beberapa teman kami terutama laki – laki sudah mengetahui apa dan siapakah “Piala Bergilir” itu. Bahkan – salah satu teman kami pun pernah ada yang mendapatkan piala bergilir tersebut. Ramai juga, ketika kami membicarakan topik ini. Karena Ia –“Piala Bergilir” akhir – akhir ini jarak masuk di kelas teori maupun praktek. Inilah yang membuat kami semakin bertanya – tanya, apakah yang terjadi pada dirinya dan apa yang akan terjadi.

HANIFAH

HANIFAH Oleh: M. Irfan Luthfi Sebuah kereta api baru saja meninggalkan stasiun itu. Seorang gadis yang tak lebih masih berusia dua puluh tahun masih berdiri di sebuah peron.Gadis muda yang mengenakan baju keperwiraan wanita itu baru saja melepas kepergian kekasihnya yang akan ikut bertempur di medan perang. Tampak ia masih mengayun – ayunkan sapu tangan putih ke arah kereta yang perlahan mulai menjauh dan menjauh dari stasiun itu. Hingga akhirnya kereta itu tak tampak lagi dan Ia hanya bisa berdiri termenung menatap ke arah matahari terbenam. Mengingat beratnya hati untuk melepas kepergian sang kekasih ke medan perang yang tiada jelas akhirnya. Ialah Hanifah, seorang gadis muda yang harus mulai merasakan beratnya menjalin cinta di masa perang kemerdekaan. Meski kekasihnya bukanlah seorang tentara, namun seorang wartawan perang. Namun bahayanya sama saja, bahkan lebih daripada seorang tentara. Tanpa senjata ataupun alat perlindungan yang lain, seorang warta

SOPIR KERETA

Sopir Kereta Oleh : M. Irfan Luthfi Jam 4 pagi. Inilah waktuku untuk segera beranjak bangun dari tempat tidurku. Di saat orang-orang masih terlelap dalam tidur mereka, Aku sudah harus bangun dan bersiap-siap menuju ke tempat kerjaku. Setelah sholat subuh, mandi, dan sarapan, segera kukenakan seragam biru berlambangkan angka 2 itu. Secara tidak langsung seragam itu sudah menunjukkan tempat di mana Aku bekerja. Ya, di P.T. Kereta Api Indonesia. Di situlah Aku bekerja. Bekerja sebagai masinis kereta. Memang bukanlah pekerjaan yang luar biasa. Namun Aku bangga dengan pekerjaanku ini. Kebanggaanku terletak pada sifat profesiku yang membantu mengantarkan para penumpang kereta untuk mencapai tujuannya dengan selamat. Terlebih bangga lagi, jika rangkaian kereta yang Aku masinisi dapat tiba tepat waktu sesuai jadwal di tempat tujuan.

KISAH SEORANG SOL SEPATU

KISAH SEORANG SOL SEPATU Oleh: M. Irfan Luthfi             Kisah ini mungkin salah satu kisah yang paling berkesan di dalam hidupku. Di mana di dalam kisah ini diceritakan seorang sol sepatu yang ikhlas mengabdikan hidupnya untuk keluarga dan orang – orang di sekelilingnya. Di suatu Rabu sore di tahun 2009, kala itu Aku sedang duduk termenung di depan rumah sembari melihat lambaian daun padi di sawah seberang rumah. Angin sore yang bertiup lembut menambah suasana semakin tenang saja, apalagi di depan rumahku tumbuh banyak sekali pepohonan. Aku ingat sekali, sore itu terasa pagi indah nan sejuk yang membawa ketenangan untuk seluruh umat manusia.

AL-QUR'AN EMAK

    AL-QUR'AN EMAK Oleh: M. Irfan Luthfi “ Assalamu ’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ibu – ibu, Bapak – bapak, sedaya warga Karangmalang, menika wonten pengumuman. Ramadhan ing tahun punika badhe kawiwitan benjang dinten Setu tanggal 21 Juli 2012. Mangga, Bapak – bapak, Ibu – ibu, sholat trawih saged kita wiwiti ing ndalu punika. Wassalamu ’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ”

TUJUH PULUH DERAJAT

TUJUH PULUH DERAJAT Oleh : M. Irfan Luthfi (Cerita Fiksi-Sains) Apabila di dalam karya fiksi ini terdapat kesanamaan tempat, nama, dan sebagainya tak lain dan tak bukan itu hanyalah unsur kesengajaan.

SIMPHONIE: PERCINTAAN

SIMPHONIE PERCINTAAN Oleh: M. Irfan Luthfi Saya Yakin.... Anda sering mendengar kata CINTA dalam kehidupan Anda... Namun, sering... Banyak orang, mungkin termasuk Anda jua... Mengartikan kata cinta adalah sesuatu seperti pacaran... Ya, pertama saya juga mengartikan kata Cinta juga seperti di atas...

SIMPHONIE: DUALISME ALAM

SIMPHONIE DUALISME ALAM Oleh: M. Irfan Luthfi Detik demi detik.... Menit demi menit... Dari detik menjadi menit.... Dari menit menjadi jam.... Hingga akhirnya kita tak sadar.... Sudah berapa detikkah kita hidup di dunia....

SIMPHONIE: AKU

SIMPHONIE AKU Oleh : M. Irfan Luthfi Sendiri..., Aku termenung... Termangu... Di tengah langit malam, Tuk menunggu sebuah kepastian.

SIMPHONIE: KEBEBASAN

SIMPHONIE KEBEBASAN Oleh: M. Irfan Luthfi Bebas... Satu kata yang bermakna banyak. Namun jarang ditelusur asal usulnya. Sehingga banyak orang tak tahu, Mengapa orang bisa memilih kata bebas.

SIMPHONIE: SEKOLAH

SIMPHONIE SEKOLAH Oleh: M. Irfan Luthfi Selama ini kita berpikir.... Bahwa dengan bersekolah, Kita akan selalu mendapat sesuatu yang baru...

LELAKI TUA PENJAJA KORAN

LELAKI TUA PENJAJA KORAN Oleh: M. Irfan Luthfi “ Koraaaan …… ! Koraaaan … .! Sebuah pesawat baru saja jatuh kemarin … !!! Semua penumpangnya tewas … .!!! Koraaan … ..!!!! Koraaan … .!!!, berita hangaat.., berita hangaaat … !!! ” Teriak seseorang yang sudah tak lagi umurnya sambil membawa seikat koran yang baru saja keluar dari percetakan. Dengan menggunakan sepeda tuanya, orang tua itu tampak semangat sekali mengoperkan koran – koran kepada pelanggan setianya. Ia terus lakukan itu tiap pagi tanpa mengenal rasa lelah. Sehingga orang – orang yang tinggal di komplek sudah akrab sekali dengan orang tua itu.

GADIS BERKERUDUNG MERAH JAMBU

GADIS BERKERUDUNG MERAH JAMBU Oleh: M. Irfan Luthfi Pagi itu terasa beku. Meski hari telah beranjak siang, namun suasana masih terasa beku. Beberapa teman kami yang sudah hadir di tempat itu merasakan sesuatu hal yang ganjil. Di mana rasa itu tidak pernah muncul ketika apa yang kami nantikan ada di hadapan kami. Siapakah ia? Mengapa ia begitu kami nantikan kehadirannya, termasuk diriku ini. Ya ialah gadis berkerudung merah jambu. Tidak salah kami memanggilnya gadis merah jambu, karena memang seperti itulah ia. Ia suka mengenakan semua hal – hal yang berbau merah jambu, sehingga tidak hanya kami saja yang memanggilnya gadis merah jambu.

Aku Ingin Melihat Dunia Sekali Lagi!

Aku Ingin Melihat Dunia Sekali Lagi! Oleh: M. Irfan Luthfi Pagi itu serasa pagi terakhir buat Aku. Aku yang selalu terbangun dengan selang infus menancap pada pergelangan tangan, dan alat bantu nafas yang tidak pernah lepas dari hidungku. Tiap pagi, Aku selalu berharap dapat terbangun dari tempat tidurku, dan dapat bergerak, berjalan dengan bebas tanpa adanya benda – benda yang kini membantu ku hidup. Percayalah, benda – benda yang menempel pada tubuhku kini benar benar menjadi nyawa bagi ragaku. Terlepas salah satu saja dari benda – benda itu, mungkin ragaku hanya akan menjadi seonggok daging tak bernilai.

Ketika Aku Pulang Kuliah

KETIKA AKU PULANG KULIAH Oleh: M. Irfan Luthfi Hari itu sungguh sangat panas. Matahari terasa membakar kulit meski Aku telah mengenakan jaket yang tebal. Celana Jeans, sepatu, kaos kaki tebal, hingga helm yang lengkap dengan penutup muka seolah tak mampu menahan teriknya sinar matahari. Panas matahari semakin terasa di saat lampu lalu lintas di depan UKDW menyala merah. Aku bersama motor kesayanganku harus berhenti menunggu lampu kembali menyala hijau. Sementara Aku menunggu, kusempatkan diriku untuk membalas beberapa SMS yang masuk ke ponselku. Ada sekitar sepuluh pesan yang belum sempat terbaca, dan diantara yang sepuluh itu ada SMS darinya. Kuputuskan untuk membuka sms darinya itu pertama kali dan isinya membuatku tersenyum. Yah, isi dari pesan darinya itu mengatakan, bahwa dia akan kembali ke Jogja esok pagi. Aku mengiyakan, namun ketika akan membalasnya lampu dengan cepat berganti nyalanya menjadi hijau. Segera kumasukkan ponselku ke dalam kanton

Kisah Seorang Fotografer

KISAH SEORANG FOTOGRAFER Oleh: M. Irfan Luthfi Melihat mereka berdua sangat akrab, Aku merasa sakit. Meski hanya dari balik lensa kameraku, namun, bidikanku tepat mengenai hatiku. Ketahuilah, Aku adalah seorang fotografer. Aku selalu mencuri-curi kesempatan, untuk mencari, dan mengambil setiap momen yang paling berharga buatku. Meski kameraku adalah kamera butut. Dengan blitz, roll film, dan lensa sebagai senjatanya, Aku mampu mendapatkannya. Momen yang paling berharga. Terkadang Aku sering diusir orang, karena dianggap pengganggu. Terkadang Aku dibiarkan saja karena hanya dianggap sebagai lalat kecil yang tidak mengganggu. Atau, Aku lebih sering ditahan oleh kesalahanku yang mentarget "cewek-cewek sadar kamera". Namun hal itu menjadikan hobiku sebagai sesuatu yang luar biasa, dan penuh tantangan. Termasuk hari ini. Tantangan tersendiri buat keteguhan hatiku di balik lensa atau merusak momen dengan mendatanginya.

SEPULUH

SEPULUH Oleh: M. Irfan Luthfi Pagi itu terasa berat bagiku. Mengingat hari itu adalah hari penentuan diterima atau ditolakkah Aku untuk menjadi siswa baru di sebuah SMA negeri di tengah Kota Yogyakarta. Namaku Adi. Aku baru saja lulus dari jenjang SMP-ku. Dan kini tengah mencari sebuah SMA yang akan menjadi penerus perjuanganku dalam meraih cita-cita. NEM-ku lumayan bagus. Tiga puluh enam koma enam lima. Cukup bagus untuk seorang lulusan SMP kala itu. Dengan nilai itu, Aku yakin jika Aku akan diterima di SMA negeri yang telah lama menjadi impianku.