GADIS BERKERUDUNG MERAH JAMBU


GADIS BERKERUDUNG MERAH JAMBU
Oleh: M. Irfan Luthfi


Pagi itu terasa beku. Meski hari telah beranjak siang, namun suasana masih terasa beku. Beberapa teman kami yang sudah hadir di tempat itu merasakan sesuatu hal yang ganjil. Di mana rasa itu tidak pernah muncul ketika apa yang kami nantikan ada di hadapan kami. Siapakah ia? Mengapa ia begitu kami nantikan kehadirannya, termasuk diriku ini. Ya ialah gadis berkerudung merah jambu. Tidak salah kami memanggilnya gadis merah jambu, karena memang seperti itulah ia. Ia suka mengenakan semua hal – hal yang berbau merah jambu, sehingga tidak hanya kami saja yang memanggilnya gadis merah jambu.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Namun Ia juga belum muncul, dan itu membuat suasana tempat kami berada semakin muram saja. Suasana terasa sangat berbeda. Meski kipas angin di dinding terus berputar, namun itu tak mengubah suasana tempat di mana kami berada. Beberapa dari kami mencoba keluar dari ruangan itu, dan mencoba melihat keluar. Siapa tahu, ketika beberapa teman kami yang keluar itu melihatnya, Gadis Berkerudung Merah Jambu. Mereka keluar dari ruangan dan segera menyandarkan tubuh mereka pada pagar tembok. Mereka melongok keluar, menengok ke kanan, menengok ke kiri, namun sepertinya mereka tidak menemukan siapapun juga. --- Gadis Berkerdung Merah Jambu. Dapat kulihat dari mimik ekspresi wajah mereka yang tidak berubah. Aku kembali kepada pekerjaanku, menyelesaikan sebuah proposal yang harus segera kuserahkan pada Gadis Berkerudung Merah Jambu itu.

Setengah jam berlalu, dan belum ada tanda – tanda kehadiran Gadis Berkerudung Merah Jambu itu. Ruangan itu makin suram saja. Hanya seperti ruangan kosong yang tiada berisi dan hanya ditemani oleh suara – suara gemerisik dari pepohonan tertiup angin yang tumbuh di belakang gedung tempat ruangan ini berada. Suasana sepi sekali. Maklum saja, hari itu adalah hari libur, sehingga jarang sekali ada teman – teman yang datang ke gedung itu dan masuk ke ruangannya masing – masing. Sehingga terasa sekali, hanya ruangan kami sajalah yang berisi dan di dalamnya aktif orang – orang yang bekerja. Sedangkan ruangan lainnya masih tertutup rapat dan tidak berpenghuni.

Beberapa dari kami mencoba keluar lagi dari ruangan itu dan mencoba melihat apakah Ia, yang kami nanti – nantikan sudah tampak. Salah seorang di antara kami, menyandarkan diri di ujung pagar tembok dan mendongakkan kepalanya. Ketika ia melakukan hal itu, tampak mimik ekspresi wajahnya berubah. Dari yang tadinya murung, kali ini tampak cerah. Yakin sekali diriku, jika Ia, yang paling kami nanti – nantikan sebentar lagi akan hadir. – Gadis Berkerudung Merah Jambu. Beberapa dari kami yang keluar tadi segera masuk kembali ke dalam ruangan dan memberitahukan, bahwa Ia, sedang dalam perjalanan menuju kemari. Mendengar hal itu, Aku segera menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat. Sehingga ketika Ia yang kami nanti – nantikan datang, pekerjaanku telah selesai dan dapat kuserahkan kepadanya. Teman – teman yang lain pun hal yang serupa. Segera menyelesaikan pekerjaan mereka sehingga ketika Ia datang, seluruh pekerjaan kami telah selesai semua.

Tidak mencapai sepuluh menit lamanya, Gadis Berkerudung Merah Jambu itu sudah hadir di ruangan ini. Ia berdiri di depan pintu sambil mengembangkan senyum manisnya, yang menurutku, hanya dirinyalah yang memiliki senyum manis seperti itu. Kami semua melihat ke arahnya. Ya inilah dia, yang kami nanti – nantikan. Gadis Berkerudung Merah Jambu. Ia segera melepas sepatunya yang juga merah jambu dan segera masuk ke dalam ruangan itu. Sesuatu hal yang unik dari Gadis Berkerudung Merah Jambu itu adalah Ia tidak akan pernah lepas dari satu benda. Benda itu berupa cermin kotak yang memiliki tutup dan mudah di bawa kemana – mana. Dan, hal unik lainnya yang itu membuatnya memiliki sesuatu hal yang spesial adalah, setiap waktu, Ia akan membuka cerminnya itu dan membenarkan dandanannya sehingga tampak kembali manis. – Gadis Berkerudung Merah Jambu.

Ia sering sekali melakukan hal tersebut hingga kami semua hapal betul dengan apa yang ia kerjakan. Kami semua menganggap apa yang Ia lakukan itu adalah hal yang biasa. Namun, bagi buat kebanyakan orang yang belum pernah bertemu dengannya, mungkin itu adalah hal atau sesuatu yang baru. Sesuatu yang jarang orang kebanyakan melakukannya. Sehingga menjadikannya sebagai hal yang baru. --- Gadis Berkerudung Merah Jambu.

Hari itu kami, di ruangan ini akan merapatkan sesuatu. Dan kebetulan Ia menjadi ketua bagi kami, dan mengkoordinasi setiap gerakan kami. Ketika Ia hadir di tengah – tengah kami, suasana menjadi sedikit berbeda dari sebelumnya. Serasa ketika Ia hadir, selalu membawa kehangatan yang berbeda dari kehangatan lain yang pernah dirasakan. Apa yang ia bicarakan selalu membawa makna. Kata – kata yang ia keluarkan selalu bermakna, dan bahkan di antara kami yang berkumpul di sini ada yang tidak dapat sepenuhnya memaknai kata – kata yang ia ucapkan.
“Sungguh sempurna Gadis Berkerudung Merah Jambu” Pikirku. “Bahkan Aku tak habis pikir ada seorang gadis yang seperti Ia”

Setelah Ia menyampaikan beberapa kata – kata yang bermakna tadi. Ia pun segera memulai perannya di tempat itu. Kali ini, Ia berperan sebagai seorang ketua sebuah kepanitian, dan kami semua di sini adalah orang – orang yang menjadi tangan kanannya. Hari ini, di tempat ini, akan diadakan sebuah rapat guna membahas kegiatan tersebut. Ia menjalankan perannya dengan begitu baiknya. Hingga begitu terasa sekali apa yang sedang kami rasakan pada saat itu adalah bukan sebuah rapat layaknya seperti biasanya kami mengikuti rapat – rapat pada umumnya. Namun kami lebih merasakannya seperti sebuah perkumpul di mana hari itu, orang – orang berkumpul di suatu tempat dan membicarakan sesuatu. Suasana kekeluargaan sangat begitu kami rasakan hingga sampai ke atmosfir – atmosfirnya juga. Pikiran – pikiran stress yang begitu kerap kali kami rasakan ketika mengikuti rapat – rapat, tidak bagitu kami rasakan ketika Gadis Berkerudung Merah Jambu mengambil perannya sebagai pemimpin rapat.

Hari itu, kami membahas beberapa agenda yang belum sempat dibahas pada rapat sebelumnya. Kami mencoba mengkonsentrasikan diri agar dapat menyelesaikan semuanya pada hari ini, sehingga esoknya kami hanya tinggal bergerak saja dan tidak perlu mengadakan rapat – rapat seperti ini lagi. Suasana hari itu sungguh mendukung rapat kami. Sinar matahari yang tidak terlalu menyengat, ditambah lagi dengan sepoinya angin yang bertiup membuat rapat ini begitu santai namun serius. Gadis Berkerudung Merah Jambu pun sepertinya merasakan hal yang sama. Ia juga terlihat lebih santai dalam memimpin rapatnya. Terlihat dari seringnya Ia mengembangkan senyum manis kepada kami semua. Tatapan matanya yang tajam ditambah dengan senyuman manisnya seringkali membuat kami terasa terhipnotis dan 'kadang' mau melakukan apa saja untuk Gadis Berkerudung Merah Jambu.




Di kepanitiaan ini, Aku menjadi sekretaris. Jujur saja dalam hati ini, Aku ingin berkata bahwa:
“Senang sekali Aku berada di sisinya”

Aku tidak bisa menjelaskannya dengan begitu detail, atas dasar apa Aku bisa memiliki pikiran seperti itu. Tapi itulah yang begitu Aku rasakan ketika menjadi “pendampingnya” di rapat kepanitiaan ini. Memang beberapa kali Ia “menyentak” ku, atau kami semua jika tidak serius ketika mengikuti rapat ini. Sebuah spidol hitam di tangan, white board, laptop, buku catatan, bolpoin menjadi alat dokumentasi atas hasil rapat hari itu. Semua kata – kata bermaknanya tadi juga pasti masuk, dan pasti berada di baris paling atas, sebelum isi rapat itu sendiri. Layaknya menjadi kata – kata penyemangat kami untuk hari ini, dan memang benar adanya. Kata – kata itu membuat kami lebih terfokus pada tujuan kami di kepanitiaan ini, dan tidak memikirkan hal lain yang di luar.

Jam berganti jam, dan tak terasa sudah dua jam kami semua berada di sini untuk menyelesaikan semua masalah yang kami hadapi. Sudah dua jam pula Gadis Berkerudung Merah Jambu itu duduk di sini, bersama – sama kami. Namun, dalam waktu dua jam ini, belum semua agenda rapat kami ini belum terselesaikan. Meski kami berencana untuk menyelesaikannya semua pada hari itu juga. Gadis Berkerudung Merah Jambu itu mulai angkat bicara kembali. Ia kembali menyampaikan beberapa kata – kata bermakna yang lain. Kata – kata itu sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat dari kata – kata yang ia sampaikan sebelumnya. Sehingga sepertinya tema rapat kami pada hari ini pun berubah sesuai dengan kata – kata bermakna yang Ia sampaikan. Seperti biasa, Aku pun mengganti kata – kata bermakna yang tertulis di bagian atas white board. Terasa sekali, seolah – olah kita masuk ke rapat yang lain, meski pembahasan kita sama dengan sebelumnya. Rasa jenuh yang semula datang dan hampir berhasil mempengaruhi kami dapat Ia singkirkan dengan mengganti kata – kata bermakna yang tertulis di white board.

Rapat kembali berjalan. Ia kembali memimpin rapat itu. Ia pimpin rapat kembali dengan penuh keanggunan. Semua yang hadir tempat ini sangat merasakan kekeluargaan. Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 15.30, dan saatnya Gadis Berkerudung Merah Jambu itu untuk menutup rapat di sore itu. Ia segera membacakan hasil rapat dan tampaknya ada beberapa agenda rapat yang belum sempat di bahas pada rapat kali ini, dan tampaknya kami membutuhkan rapat sekali lagi untuk menyelesaikan agenda – agenda rapat yang hari ini belum sempat dibahas. Setelah selesai membacakan hasil rapat, Ia segera memberikan isyarat kepada kami semua agar mengambil posisi berdoa. Kami semua pun mengerti isyaratnya dan memposisikan diri untuk berdoa. Setelah semua siap, Ia segera memimpin berdoa, dan tak lama kemudian mengakhirinya.Barulah, Gadis Berkerudung Merah Jambu itu menutup rapat dan mempersilakan kami semua untuk melanjutkan kegiatan kami sendiri – sendiri. Sementara, Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu dengan perlahan. Kemudian Ia kenakan kembali sepatu merah jambunya dan mengucapkan salam kepada kami semua yang ada di dalam ruangan. Ia meminta izin untuk terlebih dahulu pergi karena ada acara yang lain.

Kami semua menganggukkan kepala seraya membalas ucapan salamnya. Setelah itu, Ia pun pergi dari ruangan tempat kami berada. Kembali, beberapa dari kami keluar dari ruangan dan bersandar di pagar tembok. Terlihat Ia keluar dari pintu gedung dan berjalan menjauh. Ia tampak sangat sibuk, tetapi kami semua tahu jika ia berusaha menyembunyikannya. Tetap tampil cantik dan manis di muka umum adalah kunci untuknya bisa menyembunyikan kesibukan sehari – harinya. Gadis Berkerudung Merah Jambu.


-----*****-----

Komentar

  1. how surprised me to know that u r so excellent with words, lutfi.
    i enjoy ur blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Aku Pulang Kuliah

MEMORI TERAKHIR

PIALA BERGILIR